e-Mail Ibu Koesmarihati tentang Palapa Ring Project:
Proyek PALAPA Ring , ini mengalami perdebatan yang seru pula pada saat mau dimulainya. Apakah sudah pada saatnya kita akan menggelar Fiber Optik yang akan menghubungkan seluruh Ibukota Kabupaten dan Kotamadya di Indonesia ? Beberapa studi sudah dibuat, malahan yang terakhir telah dimuat pada Infrastuktur Summit di awal tahun 2006.
Di Kawasan Barat, sebenarnya sudah banyak Fiber Optik tergelar, hanya sayangnya tak terkoordinasi, beberapa route , terutama ang menghubungkan kota-kota dengan high traffik , dibangun masing-masing oleh 3 -4 Operator, dan harga tetap mahal. Meskipun kita melihat dengan pengaturan Sirkit Sewa yang berdasarkan biaya, harga mulai turun.
Karena itu Pemerintah memfasilitasi Pembangunan PALAPA Ring untuk kawasan Indonesia bagian timur, yang masih belum ada yang berminat sebelumnya. Membangun sendiri – sendiri pasti akan sangat mahal. Alhamdullillah 7 Operator menaruh minat untuk membangunnya. Sebagian besar dari para Operator tersebut adalah perusahaan terbuka, tentunya dengan cermat mereka telah menghitung business plannya untuk mempertanggung jawabkannya kepada para pemegang sahamnya.
Kalau kita lihat pertumbuhan traffic internet dan selular akhir-akhir ini, dan terutama high speed internet dan multimedia yang akan datang, kebutuhan bandwith akan sangat besar.
Memang sangat bagus apabila para operator segera membangun Fiber Optik ke gedung-gedung, malahan kerumah rumah. Tapi hal itu, tak perlu Pemerintah memprakarsainya. Para Operator yang tahu kecenderungan business ICT masa depan pasti akan membangunnya sendiri. Namun untuk Back-bone ini diperlukan dorongan dari Pemerintah untuk segera membangunnya.
Satelit akan diperlukan selalu, untuk menjangkau sampai kepelosok-pelosok, untuk Penyiaran dan sebagai back-up, tetapi tidak untuk traffic yang besar. Saat ini Jaringan Selular kita sudah mulai membangun sampai ke kecamatan – kecamatan. Jaringan Selular kita malahan saat ini pemakai Transponder terbesar dari Satelit. Saya dengar dari salah satu seluler operator besar saat ini menggunakan 48 Transponder ( meskipun tak seluruhnya memakai Satelit Domestik). Apabila Palapa ring Tahap satu selesai, sebagian pasti akan melepaskan pemakaian saluran satelit ( yang biayanya jauh lebih tinggi), dan memakainya untuk rute-rute yang lebih remote lagi. Kita menghimbau institusi lainnya terutama Pemda untuk memberikan kemudahan untuk pembanguna Palapa Ring ini. Dan respon positive pun telah didapat dari Pemda setempat.
Di awal tahun baru 2008, Saya mengucapkan SELAMAT TAHUN BARU 2008. Semoga dengan semangat baru kita sama-sama bangun negara melalui pembangunan ICT. Semoga Allah akan menyertai setiap langkah kita.
Koesmarihati,
Anggota Komite Regulasi Telekomunikasi,
Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia
——————————————
Siaran Pers DEPKOMINFO tanggal 05 Agustus 2007
Pengembangan dan Pembangunan Sarana Transmisi Telekomunikasi Internasional Melalui Sistem Komunikasi Kabel Laut
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kominfo No. 16/PER/M.KOMINFO/9/2005 tentang Penyediaan Sarana Transmisi Telekomunikasi Internasional Melalui Sistem Komunikasi Kabel Laut, penyediaan sarana transmisi telekomunikasi internasional melalui SKKL dapat dilakukan oleh: penyelenggara jaringan tetap sambungan internasional; penyelenggara jaringan tetap tertutup; dan penyelenggara jasa interkoneksi internet (NAP) . Penyelenggara telekomunikasi tersebut wajib membangun stasiun kabel dan atau menyewa dari penyelenggara telekomunikasi yang memiliki stasiun kabel. Penyediaan sarana transmisi telekomunikasi internasional melalui SKKL dapat dilakukan setelah mendapatkan hak labuh ( landing right) yang diterbitkan oleh Dirjen Postel. Hak labuh ( landing right ) untuk penyelenggara jaringan tetap sambungan internasional melekat pada izin penyelenggaraannya. Hak labuh (landing right ) untuk penyelenggara jaringan tetap tertutup dan penyelenggara jasa interkoneksi internet (NAP) dapat diberikan setelah mempertimbangkan efisiensi sarana transmisi telekomunikasi internasional secara nasional.
Penyelenggara telekomunikasi asing yang ingin menyediakan sarana transmisi telekomunikasi internasional melalui SKKL secara langsung ke Indonesia wajib bekerja sama dengan penyelenggara telekomunikasi tersebut di atas. Kerjasama tersebut hanya dapat dilakukan apabila kapasitas sarana transmisi yang diaktifkan dan atau disediakan oleh penyelenggara telekomunikasi asing sama dengan kapasitas sarana transmisi yang diaktifkan dan atau disediakan oleh penyelenggara telekomunikasi. Hanya saja, dalam hal penyelenggara telekomunikasi tersebut merupakan anak perusahaan dari penyelenggara telekomunikasi asing, penyelenggara telekomunikasi dimaksud dapat menerima transfer kapasitas sarana transmisi telekomunikasi internasional SKKL dari perusahaan induknya di luar negeri dengan ketentuan bahwa penyelenggara telekomunikasi dimaksud dimiliki sepenuhnya oleh perusahaan induknya. Sedangkan interkoneksi antara sarana transmisi telekomunikasi internasional melalui SKKL dengan jaringan domestik dilakukan di Pusat Operasi Jaringan (Network Operation Centre / NOC) penyelenggara telekomunikasi pemilik stasiun kabel.
Mengacu pada ketentuan tersebut di atas, sampai saat ini terdapat beberapa permohonan landing right yang bertujuan untuk membangun dan mengoperasikan jaringan Fiber Optic (FO) di bawah laut sebagai sarana transmisi telekomunikasi internasional yang menghubungkan Indonesia ke internasional melalui SKKL. Indonesia masih sangat terbatas atau kekurangan keterhubungan ke luar negeri baik dari sisi jalur (rute) maupun kapasitas yang tersedia, sehingga inisiatif pihak swasta yang bermaksud membangun SKKL merupakan suatu inisiatif yang perlu dipertimbangkan dan didukung.
Pada prinsipnya, SKKL berfungsi sebagai jaringan transmisi yang menyambungkan antarkanal. Transmisi ini bisa berupa data, suara, dan gambar sehingga kita bisa menelepon melalui teknologi GSM, mengakses internet, melihat tayangan TV, dan melakukan video conference. Setidaknya tiga provider besar seperti PT Telkom, PT Indosat dan PT Excelcomindo Pratama telah memiliki SKKL ini. Penggunaan SKKL berawal dari makin besar tuntutan masyarakat berkaitan dengan pengiriman data, suara, dan gambar. Dengan SKKL, kapasitas transmisi yang dimiliki juga semakin besar. SKKL pertama kali digunakan oleh suatu penyelenggara telekomunikasi di Indonesia pada tahun 1985 dengan sistem manual. Sebelumnya sebagian besar provider hanya menggunakan sistem kabel darat dan tembakan satelit saja maupun sistem radio. Hanya saja, kedua sistem ini memiliki kelemahan, yakni kabel darat tidak bisa menjangkau ke pulau ataupun negara lain, sedangkan dengan satelit, kualitas yang dihasilkan tidak terlalu bagus karena sangat tergantung pada kondisi cuaca. SKKL dibangun dengan mengubur kabel di dasar laut dengan bantuan kapal. Meski sudah dikubur di dasar laut, bukan berarti kabel laut aman. Aktivitas kapal yang meletakkan jangkarnya sembarangan, kegiatan nelayan, serta penambangan pasir bisa mengakibatkan kabel putus. Jika sudah putus, pihak operator harus menyewa jasa kapal penyedia operator servis kabel laut untuk memperbaikinya, sebagaimana yang diupayakan ketika terjadi gempi bumi di sekitar laut selatan Taiwan pada akhir bulan Desember 2006. Kapal tersebut akan dengan mudah menemukan posisi kabel putus karena saat penguburan kabel sudah termonitor oleh sistem koordinat.
Sebagaimana diketahui, gempa berkekuatan lebih dari 7,1 skala Richter, pernah menyebabkan gangguan operasional pada SKKL SMW3 (Southeast Asia-Middle East-Western Europe 3) dan APCN (Asia Pacific Cable Network). Kabel SMW3 terjadi di dekat stasiun kabel Fengshan (Fengshan cable Station) dan kabel APCN di dekat stasiun kabel Toucheng (Toucheng Cable Station), mengalami kerusakan akibat terputus. Akibatnya, layanan telekomunikasi internasional dan internet dari Indonesia ke negara tujuan Amerika Serika, Hongkong, Taiwan, Jepang, Kanada, Rusia, China dan Korea, dan sebaliknya. SMW3 atau (Southeast Asia-Middle East-Western Europe 3) adalah sebuah konsorsium kabel laut yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan carrier di wilayah Asia – Australia, Timur Tengah dan Eropa. Kabel yang beroperasi sejak awal tahun 2000 ini menghubungkan Asia – Australia, Timur Tengah dan Eropa sepanjang lebih kurang 40.000 km. Sedangkan APCN (Asia Pacific Cable Network) adalah sebuah konsorsium kabel yang menghubungkan 9 negara di Asia Pasifik dan Australia yang beroperasi sejak awal tahun 1999.
Beberapa wakru terakhir ini, telah terdapat sejumlah perusahaan yang telah mengajukan minatnya untuk mengajukan permohonan dalam rangka pembangunan SKKL, sehingga menambah jumlah penyelenggara telekomunikasi yang sudah membangun dan menyediakan SKKL, dengan gambaran profil pemohon sebagai berikut:
Pada umumnya jalur yang diminati adalah Jakarta – Singapore, namun ada pula yang berminat untuk Batam – Singapore, Jakarta – Dampier (Australia), dan Riau – Johor (Malaysia). Namun ada juga yang berminat untuk jalur domestik Jakarta – Batam, Jakarta – Pontianak, dan Batam – Pontianak.
Ada sebagian yang sudah cukup lama memiliki izin jaringan tetap, NAP, ISP dan ada pula yang sama sekali belum memiliki izin telekomunikasi.
Ada yang sudah memiliki jaringan fiber optic bawah laut global dan cable landing stations (CLS) di Singapore, namun masih mencari partner strategis di Indonesia yang dapat bekerjasama untuk meneruskan ke jaringan global yang dimilikinya dari Indonesia.
Dalam pemberian izin jaringan tetap tertutup ini izinnya bersifat terbuka (tidak ada pembatasan) dan prosesnya melalui mekanisme evaluasi (bukan seleksi). Nantinya penyelenggara jaringan tetap tertutup untuk SKKL Internasional tidak hanya berkewajiban menggelar backbone internasional, tetapi juga diwajibkan menggelar backhaul (innercity) minimal dari landing point ke NOC (Network Operation Centre) milik penyelenggara jaringan tersebut dan di beberapa ibukota provinsi.
————————————–
URL Link ke Info Proyek Palapa Ring:
Info1
Info2: MOU 6 nvestor dan IRU (Indefeasible Right of Use), sewa kapasitas per 10-15 tahun
Peta Palapa Ring Timur
SIARAN PERS 10 November 2007:
Siaran Pers No. 187/DJPT.1/KOMINFO/11/2007
Sumpah Palapa, Heroisme 10 November 1945 dan Momentum 10 November 2007: Semangat Kebangsaan dan Kepahlawanan Mendorong Diimplementasikannya Peningkatan Daya Rekat Nasional Melalui Pembangunan Proyek Jaringan Serat Optik Palapa Ring
Pidato Bung Tomo dalam membakar perjuangan heroik arek-arek Surabaya dalam menghadapi keperkasaan tentara Inggris dan Belanda di Surabaya pada 62 tahun yang lalu seakan-akan “hidup kembali” rohnya di Hotel Majapahit, Surabaya, pada malam tanggal 10 Oktober 2007 ini ketika 6 Direktur Utama anggota konsorsium Palapa Ring dengan disaksikan oleh Menteri Kominfo Moh. Nuh telah berhasil menanda-tangani perjanjian Konsorsium Palapa Ring. Disebut “hidup kembali”, karena secara filosofis cita-cita politik para pejuang ’45 dalam pertempuran Surabaya dan pertempuran fisik militer serta diplomasi politik dimanapun dilakukan untuk struggle for power dalam mempertahankan eksistensi Indonesia yang baru sangat mudah umurnya, menghilhami kalangan dunia usaha di industri telekomunikasi untuk memberikan sesuatu yang sangat signifikan dan monumental bagi bangsa Indonesia. Ketika secara politis, cukup banyak concern terhadap masa depan keberadaan integrasi nasional, dan ketika pembangunan infrastruktur nasional untuk memperkecil hubungan antar wilayah di seluruh Indonesia, Ditjen Postel pada khususnya dan Departemen Kominfo pada umumnya bersama-sama dengan 6 perusahaan anggota Konsorsium Palapa Ring (PT Telkom, PT Indosat, PT Excelcomindo Pratama, PT Bakrie Telecom, PT Infokom Elektrindo, dan PT Powertek Utama Internusa) telah melakukan langkah terobosan strategis dengan mengawali rencana konkret pembangunan Proyek Palapa Ring (yang rintisan awalnya sesungguhnya sudah terkonsepsi sejak sekitar tahun 1997 melalui Konsep Nusantara 21).
Acara penanda-tanganan Konsorsium Palapa Ring yang dihadiri oleh Gubernur Jawa Timur Imam Utomo serta 14 Bupati dan Walikota, 4 Wakil Bupati dan Walikota, dan 3 Kepala Dinas terkait yang keseluruhannya datang dari Indonesia Bagian Timur (dari total 30 Bupati dan Walikota yang diundang yang wilayahnya akan terlewati jaringan infrastruktur Palapa Ring) merupakan strategic milestone yang disambut sangat positif oleh para Pejabat Pemda di Indonesia Bagian Timur. Bupati Merauke Johanes Gluba Gebze yang mewakili para Bupati dan Walikota dalam sambutannnya mengatakan di antaranya, bahwa mereka tidak hanya berterima-kasih dengan adanya Palapa Ring ini, juga mendorong semakin tingginya perhatian pemerintah dan kalangan dunia usaha bagi percepatan pembangunan di kawasan Indonesia Timur. Kini ketika pada saat bersamaan pemerintah sedang melakukan proses tender USO untuk menyediakan akses layanan telekomunikasi bagi sekitar 38.000 desa di seluruh Indonesia yang sama sekali belum tersentuh akses telekomunikasi, pada saat yang bersamaan pula Ditjen Postel bersama Konsorsium Palapa Ring tidak lagi berwacana dan mengumbar janji pada publik bagi percepatan pembangunan infrastruktur telekomunikasi, tetapi sudah pada taraf program aksi yang konkret dan diharapkan di awal tahun 2009 sudah dapat dinimakmati oleh seluruh rakyat Indonesia dimanapun berada. Gema takbir dan seruan pekik merdeka oleh Bung Tomo dan bahkan jauh rentang waktu sebelumnya, yaitu melalui Sumpah Palapanya Gajah Mada di jaman Kerajaan Majapahit, merupakan modal dasar yang sangat kuat untuk mengajak berbagai pihak agar Proyek Palapa Ring yang sepenuhnya dibiayai oleh 6 anggota Konsorsium Palapa Ring tersebut dapat turut membangkitkan kembali Indonesia dari aroma keterpurukan identitas dan kebanggaan sebagai suatu bangsa yang besar.
Kepala Bagian Umum dan Humas,
Gatot S. Dewa Broto
Siaran Pers No. 211/DJPT.1/KOMINFO/12/2007
Tingkat Keberhasilan Ditjen Postel Sepanjang Tahun 2007
Penanda-tanganan perjanjian Palapa Ring.
-
Suatu moment yang sangat bersejarah dan strategis dalam pembangunan infrastruktur telekomunikasi nasional di Indonesia pada tanggal 10 November 2007 di Surabaya Menteri Kominfo Mohammad Nuh telah menyaksikan langsung acara penanda-tanganan perjanjian Konsorsium Palapa Ring, yang dilakukan oleh para Direktur Utama (yang mewakili) dari 6 perusahaan anggota Konsorsium Palapa Ring, yaitu PT Telkom, PT Indosat, PT Excelcomindo Pratama, PT Bakrie Telecom, PT Powertek Utama Internusa dan PT Infokom Elektrindo. Acara ini juga telah dihadiri pula oleh Gubernur Jawa Timur Imam Utomo (mengingat lokasi penanda-tanganannya berada di Jawa Timur), Dirjen Postel Basuki Yusuf Iskandar dan 30 Kepala Daerah Tingkat II Kawasan Indonesia Bagian Timur (Bupati dan Walikota), yang wilayahnya terinstalasi landing point dari Proyek Palapa Ring ini.
-
Sebagai informasi, pada saat anggota konsorsium masih 7 perusahaan, berdasarkan hasil RFI (Ready for Information), nilai investasi total untuk pembangunan Palapa Ring ini diperkirakan sebesar US$ 255,1 juta atau Rp 2.346 milyar. Namun karena kemudian ada yang mengundurkan diri dan kini tinggal 6 perusahaan, maka nilai investasi totalnya menjadi sebesar Rp US$ 225,037 juta atau Rp 2.070 milyar. Perhitungan ini dengan ketentuan, bahwa meskipun ada yang mengundurkan diri, maka besaran investasi tiap pihak tidak berubah. Jika setelah RFP (Request For Proposal) dalam rangka tender dengan konfigurasi penuh terdapat kekurangan investasi maka akan ditetapkan kemudian apakah akan mengundang investor baru atau menunda pembangunan sebagian link sesuai dengan besarnya kekurangan dana.
————————————0———————————–
NAPInfo dan Matrix selesaikan konstruksi kabel laut di Batam
JAKARTA: PT NAPInfo Lintas Nusa dan Matrix Networks Pte Ltd bersama
dengan Tyco Telecommunications telah menyelesaikan penggelaran
konstruksi sistem kabel bawah laut Matrix Cable System di pantai Batam
dan Pantai Mutiara.
"Indonesia sudah lama membutuhkan jaringan bandwidth berkapasitas
besar yang andal untuk dapat memenuhi perkembangan pasar yang makin
hari makin haus akan aplikasi yang membutuhkan bandwidth besar," ujar
Jim Scheigert, GM Matrix Networks Pte Ltd, dalam siaran pers.
Dia yakin sistem yang dibangunnya menjadi sistem yang andal dan
fleksibel dalam menghubungkan Indonesia dan Singapura dengan sistem
telekomunikasi internasional.
Matrix Cable System adalah jaringan kabel serat optik bawah laut yang
panjangnya sekitar 1.300 km yang akan menghubungkan Jakarta, Batam dan
Singapura yang akan mengalirkan bandwidth berkapasitas besar.
Tyco Telecommunications mendapatkan kontrak sebagai supplier dan
kontraktor utama untuk proyek tersebut mulai Februari 2007 dan saat
ini telah menyelesaikan pekerjaan survei kelautan, rute kabel, dan
telah masuk pada tahapan penggelaran kabel pantai, sementara
penggelaran kabel bawah laut utama akan dilakukan pada Februari 2008.
NAPInfo dan Matrix Networks dari Singapura juga telah menyelesaikan
bagian pekerjaan pengadaan cable landing station (stasiun labuh kabel)
di Jakarta, Batam dan Singapura beberapa waktu lalu. Secara
keseluruhan proyek ini dijadwalkan akan selesai dan siap dioperasikan
pada akhir Mei 2008.
Patrick Adhiatmadja, Senior Vice President PT NAPInfo Lintas Nusa,
yakin bahwa sebagai penyedia sistem jaringan netral yang
mengoperasikan jaringan komunikasi antara Indonesia dan Singapura,
pihaknya dapat menyediakan layanan dengan kualitas kelas dunia kepada
para pelanggan dan calon pelanggannya.
"Lagipula, proyek tersebut sangat penting dan strategis untuk
mendukung program pemerintah Indonesia dalam upaya mengurangi
kesenjangan digital di Indonesia dengan menyelenggarakan jaringan
andal dan terjangkau bagi pemakai jasa komunikasi Internet," ujarnya.
Oleh Arif Pitoyo
Bisnis Indonesia