TELKOMSEL luncurkan Layanan Seamless 3G Data/Wifi Offloading dgn kecepatan 100 Mbps!

JAKARTA – Telkomsel meluncurkan  Mobile WiFi Seamless untuk meningkatkan akses ke jasa data bagi para pelanggannya.

Mobile WiFi Seamless  merupakan akses mobile yang memungkinkan pelanggan melakukan perpindahan koneksi jaringan 2G/3G (offloading) dengan Wifi secara otomatis  sebagai jaringan seluler tambahan.

“Perpindahan dapat dilakukan tanpa  memasukkan password atau ID. Kita bidik ada dua juta pelanggan di layanan ini,” ungkap Head of Product Marekting Telkomsel  Ririn Windaryani.

Diklaimnya,  kecepatan akses Wifi Seamless ini mencapai  100 Mbps. “Saat ini masih tahap trial, bisa 100 Mbps, secara mudah kecepatan  Seamless mengikuti profile data pelanggan, misalkan menggunakan paket  72 Mbps maka akses kala di WiFi juga setara,” katanya.

Layanan Mobile Wi-Fi Seamless Telkomsel dapat digunakan oleh pelanggan yang memiliki ponsel pintar dengan teknologi Seamless Wi-Fi atau EAP-SIM (Extensible Authentication Protocol-Subscrider Identity Module). Jika di perangkat BlackBerry  minimal pada sistem operasi 5.

Pelanggan dapat menggunakan Wi-Fi ini dengan syarat telah berlangganan paket data Telkomsel Flash dan perangkat yang mendukung teknologi EAP-SIM.

Pelanggan dapat memanfaatkan jaringan hotspot WiFi flashzone-seamless di 6000 titik di seluruh Indonesia di berbagai wilayah area publik. Jaringan tersebut memanfaatkan jaringan hotspot dari Telkom.

Untuk menikmati layanan ini, pelanggan harus melakukan setting pertama kali sebelumnya pada perangkat dengan mengaktifkan WiFi dan memilih Service Set Identifier (SSID) flashzone-seamless. Jika sudah tersetting, pelanggan akan langsung terkoneksi  ke jaringan WiFi tanpa perlu memasukkan password.

Layanan data juga secara otomatis beralih ke jaringan 2G/3G jika sudah tidak mengaktifkan Flash Zone-Seamless.

Telkomsel telah melakukan tiga percobaan layanan ini yaitu layanan Wi Fi untuk pelangan regular, layanan Wi Fi untuk pelanggan corporate, dan layanan Wi Fi untuk SSID.(id) (Sumber; indotelko.com)

Direksi Baru TELKOMSEL 2012-2017

Metrotvnews.com, Jakarta: Alex Janangkih Sinaga ditetapkan sebagai Presiden Direktur PT Telkomsel. Alex ditunjuk para pemegang saham untuk menggantikan Sarwoto Atmosutarno.

“Penunjukan Alex Janangkih Sinaga sebagai Presiden Direktur Telkomsel didasarkan pada keputusan pemegang saham yang berlaku efektif Rabu (16/5) bersamaan dengan pergantian direksi lainnya,” kata Head of Corporate Communication and Affair PT Telekomunikasi Indonesia Tbk Eddy Kurnia dalam siaran pers di Jakarta, Rabu.

Menurut Eddy, dengan formasi direksi baru Telkomsel ini akan dapat meningkatkan kinerja perusahaan yang jauh lebih bagus. “Transformasi bisnis Telkom dan Telkomsel akan melaju dengan pesat,” tegas Eddy.

Menurut catatan, Alex Sinaga sebelumnya menjabat Direktur Utama pada PT Multimedia Nusantara anak usaha PT Telkom.

Eddy menjelaskan, Sarwoto selanjutnya mendapatkan penugasan baru sebagai Chief of The Mission Peluncuran Satelit Telkom-3.

Sarwoto yang dikenal sebagai ahli satelit yang telah teruji dan berpengalaman, diyakini dapat menyukseskan peluncuran Satelit Telkom-3 yang rencananya direalisasikan Juni 2012.

Berikut Susunan direksi Telkomsel:

Mas`ud Khamid sebagai Director of Sales
Heri Supriadi sebagai Director of Finance
Herdy Rosadi Harman sebagai Director of Human Capital Management
Abdus Somad Arif sebagai Director of Network
Edward Ying Siew Heng sebagai Director of Planning and Transformation
Ng Soo Kee sebagai Director of IT
Goh Hui Min Rachel sebagai Director of Marketing.(Ant/TII)

Ternyata Smartphone seperti BlackBerry dan lainnya sudah sangat bermanfaat untuk Teleworking

Ternyata perangkat ponsel canggih seperti BalckBerry, iPhone, Android dan Nexian telah banyak digunakan oleh para Pejabat yang cerdas seperti Bapak Dahlan Iskan, Meneg BUMN, para Eksekutif dan Selebrities seperti Anissa Pohan untuk melakukan kerja jarak jauh atau TELEWORK. Ini adalah sebuah awal yang baik untuk memanfaatkan kemajuan teknologi bagi hal-hal yang produktif, efektif, efisien demi kemajuan bangsa dan negara.

Meneg BUMN Dahlan Iskan

Meneg BUMN Dahlan Iskan

Bapak Dahlan Iskan baru-baru ini membuat pernyataan yang sangat mendukung TELEWORK di Indonesia, dimana dinyatakan oleh beliau bahwa beliau kalau mengadakan rapat-rapat dengan Direksi BUMN yang ada dibawak kendali Meneg BUMN, lebih sering tanpa harus bertemu face-to-face secara fisik, tetapi lebih sering dengan cara Online memakai BlackBerry Messenger (BBM). Ini membuat beliau mampu mengendalikan lebih dari 150 BUMN-BUMN yang ada dalam kendali beliau secara efektif dan efisien, tanpa banyak membuang waktu dan bensin (BBM) untuk penempuh jalan-jalan macet di ibukota Jakarta.

Tanpa dukungan ponsel canggih BlackBerry dan BBM-nya, tentu akan sangat sulit bagi beliau untuk mengedalikan banyak BUMN-BUMN itu dan menyelesaikan berbagai masalah penting secara cepat dan tepat waktu.

Artis terkenal Anissa Pohan juga telah lama mempromosikan penggunaan BBM untuk tetap berkomunikasi dengan pengasuh putri tercintanya, ditengah kesibukannya sebagai artis yang populer.

Kesimpulannya, kita semua harus dapat meniru Bapak Dahlan Iskan maupun Anissa Pohan untuk dapat memanfaatkan kecanggihan teknologi yang sudah dimiliki dan dikuasai bangsa Indonesia untuk makin memajukan bangsa Indonesia, serta meningkatkan efisiensi da produktivitas kerja kita, sekaligus juga bisa menjadi solusi krisis BBM (Bahan Bakar Minyak) yang sednag melanda bangsa Indonesia, serta sebagai solusi atas kegagalan kebijakan untuk menghemat energi, tanpa repot-repot untuk menaikkan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) yang berakibat menyengsarakan mayoritas rakyat Indonesia.

Bila saja ada 20-juta pemilik ponsel canggih seperti Bapak Dahlan Iskan dan Anissa Pohan yang menerapkan kerja jarak jauh atau TELEWORK, berapa banya BBM Pemium yang dapat dihemat perharinya? Kalau saja ada 5-liter BBM yang dihemat oleh 20-juta pemilik ponsel cangih, maka ada 100-juta liter BBM Premium yang dihemat per hari, atau 36.500-juta liter atau 36,5 Milyar liter per tahun yang dapat dihemat. Ini setara dengan 36,5 milyar x Rp4500,- = Rp 164,250 Trilyun.

Jadi tanpa repot-repot, Pemerintah tidak perlu lagi menaikkan harga BBM Premium seperti telah ber-kali-kali direncanakan, tetapi selalu batal atau gagal!

Ini merupakan solusi yang tepat dan cerdas bagi dilemma kenaikan harga BBM Premium yang telah banyak menyita waktu dan energi bangsa Indonesia.

Semoga Pemerintahan Bapak Presiden SBY bisa menerapkan solusi ini dan mendapat pujian Rakyat Indonesia.

Optimisme di MWC-2012 Barcelona: Kerjasama Saling Menguntungkan Operator Seluler – Penyelenggara OTT

Kongress Telekomunikasi Bergerak Dunia (Mobile World Congress) yang baru saja berakhir di Barcelona, Spanyol, membawa optimisme baru tentang kerjasama yang saling menguntungkan antara Operator Telekomunikasi Seluler dengan para Penyelenggara Layanan “Over-the-Top OTT”. Hal ini ditandai oleh partisipasi Penyelenggara OTT, terutama Facebook dan Expedia (Layanan Perjalanana Online).

Mereka berjanji tidak akan menandingi layanan-layanan yang sudah tersedia melalui Operator Seluler, seperti Sistem Billing, sehingga tidak diperlukan verifikasi identitas peanggan melalui SMS. Hasilnya, hanya diperlukan satu langkah verifikasi saja bagi pelanggan, dimana melalui preses sebelumnya akan memerlukan sampai 5-langkah verifikai pelanggan. Ini akan menghasilkan efisiensi dalan proses layanan pelanggan, dan akan memberikan pengalaman pelanggan yang lebih baik. Dampaknya, akan makin banyak pelanggan yang tertarik menggunakan layanan-layanan OTT, meningkatkan pendapatan dan keuntungan penyelenggara.

Kedua Penyelenggara OTT itu, yaitu Facebook dan Expedia secara terbuka menawarkan kerjasama yang saling menguntungkan bagai semua pihak, dan mereka bersedia membagi keuntungan yang akan mereka peroleh.

Dengan demikian, layanan pembayaraan melalui Mobile Web hanya perlu satu langkah oleh pelanggan untuk konfirmasi pembelian online. Para Operator Seluler yang telah mulai menjalin kerjasama “Streamlined Billing” dengan Facebook adalah: AT&T, Deutsche Telekom, Orange, Telefónica, T-Mobile USA, Verizon, Vodafone, KDDI dan Softbank.

Demikian pula Expedia juga telah mulai menjajagi kemungkinan kerjasana dengan Operator Seluler, sehingga jangkauan layanan perjalanan globalnya dapat terlaksana dengan mudah, menjangkau pelanggannya dimana saja mereka berada di dunia.

Semoga optimisme baru ini memungkinkan pertumbuhan pendapatan para Operator Telekomunikasi Seluler kembali dapat meningkat dari tahun ke tahun.

Silahkan ditanggapi.

Operator Seluler perlu menanggapi Pertumbuhan Cepat Trafik Data oleh Layanan VoIP dan IM

Tahun 2011 merupakan tahun dimana trafik data tumbuh sangat pesat, sekitar 114% untuk layanan Over-the-Top VoIP dan Intenet Messaging (IM), sebab layanan data ini menjadi pilihan banyak pelanggan, dan terbukti mutunya cukup memuaskan.

Namun demikian video streaming masih menduduki pangsa terbesar penggunaan volume trafik data. Trafik Video Game tumbuh 88% dan volumenya mencapai 42% volume data broadband dibandingkan hanya 5% untuk penggunaan volume data untuk layanan VoIP.

Pertumbuhan trafik data tersebut diatas menurunkan pangsa trafik data untuk File Sharing dan Web Browsing.

Menurut rekomendasi pakar, maka para operator seluler perlu menghadapinya melalui cara pentarifan secara intelijen yang berbasiskan aplikasi yang digunakan (VoIP, IM, Video Streaming, File Sharing, Browsing). Ini tentu membutuhkan perangkat yang cukup canggih untuk bisa membedakan berbagai aplikasi yang digunakan oleh pelanggan, seperti pengggunaan perangkat Bandwith Management.

Silahkan ditanggapi.

Dominasi Industri Telekomunikasi Bergerak oleh Operator Telekomunikasi apakah akan segera Berakhir?

Kongres Dunia Layanan Telekomunikasi Bergerak atau Mobile World Congress akan segera dibuka besok pagi, Senin 27 Februari 2012 di Barcelona, Spanyol. Beberapa isyu penting yang akan menjadi pembahasan menarik pada Kongres kali ini ada beberapa, diantaranya adalah perkiraan akan berakhirnya dominasi perkembangan industri layanan bergerak oleh operator telokomunikasi akan mulai berakhir, dengan makin banyak munculnya para penyelenggara  layanan “Over-the-Top (OTT)”  yang menuai penghasilan sangat besar tanpa harus investasi infrastruktur jaringan telekomunikasi yang makin dituntut untuk menyediakan kapasitas layanan data yang makin bertambah besar.

Di Era jaringan All IP Next Generation Networks, maka peran intelejensi jaringan akan bergeser dari intelejensi jaringan di pusat jaringan akan bergeser menuju ke intelijensi jaringan di pinggiran jaringan, atau malah ada di perangkat terminal, yaitu ponsel canggih, iPad, Galaxy Tab, iPhone, BlackBerry dan sebagainya. Model layanan tidak lagi berbasis “operator-centric”, melainkan dikendalikan oleh software aplikasi yang ada di jaringan maupun di perangkat terminal. Mereka yang dapat mengendalikan intelijen jaringan inilah yang akan dapat meraih penghasilan yang besar.

Perangkat terminal atau ponsel akan makin canggih karena dilengkapi dengan Chiptset Quadcore, mendukung berbagai sistem operasi Apple, Android, Windows Mobile, modem LTE/4G, WiFi. Hubungan antara Desktop OS dan Mobile OS diperkirakan akan semakin erat, sebagaimana dicita-citakan oleh Microsoft. Di-isyukan pula bahwa Microsoft akan meluncurkan Windows Store, menyaingi Apple Store dan Android Market.

Kehadiran Chipset baru quadcore akan menyedot isi battery lebih cepat, sehingga perangkat posel canggih itu akan memerulkan recharging battery.

Silahkan ditanggapi dan dibaca cerita lengkapnya dibawah ini.

———- 0 ———-

Is this the beginning of the end for the operator-focused mobile industry? Is this the last stand for the incumbent telcos as they fight off wave after wave of enemy forces going ‘over the top’? Has the operator-centric model had its day?

Attendees to the 2012 Mobile World Congress event in Barcelona next week have the chance to find out for themselves. True, the planned strike by the public transport workers will ensure that visitors will be pretty glum and in no mood for forced celebrations and bonhomie. Tonterías will not be tolerated this year. But judging by the deluge of invitations and press releases we’ve received in the lead up to the event, there will still be plenty to see and discuss.

And so, in no particular order, here are some of the issues and topics that we feel will be worth investigating. For those of you not attending this year, we’ll have our usual daily NewsDesk shows, plus plenty of interviews and panel discussions to view in the week after the event.

Have the mobile operators rediscovered the appeal of the enterprise? The feeling is that there will be less focus on the consumer at this year’s MWC, and more on the enterprise. About time too. MWC’s flirtation with the consumer sector – driven, of course, by the exhibitors and their press launch schedules – was always at odds with the origins of the event, and resulted in the majority of vendors (with their decidedly un-media friendly products) feeling as if they were being sidelined. There will always be a major handset announcement or two, but it would be good to regain some perspective.

And talking of handsets… ZTE announced today they will unveil eight new devices, including a quad-core smartphone. They will feature including multi-core chipsets, LTE, 4G radio and support Android and Windows Phone platforms (their press release states “Windows Mobile platform”, which we hope is an error on their part. We’ve heard of backwards compatibility, but this is ridiculous!). ZTE also says its ambition is “to become a top three handset provider by 2015”. An impossible task, we feel… Watch out for new LG phones as well.

2012 has to be the year for Microsoft to propel its Windows Phone operating system into the top three. Nokia’s Lumia range might have received some good press coverage, but they don’t appear to have shifted as many units as was hoped, and after all, it’s just one range (three models announced so far) from one manufacturer. What’s needed is more OEM support, to give consumers a greater choice.

Rumour has it that Microsoft will reveal its consumer preview of Windows 8 next week. There is expected to be greater tie-in between the desktop OS and the mobile OS, which could well help Microsoft’s cause. Also look out for the rumoured launch of the Windows Store, and, dare we hope, an iPad version of Office (Microsoft deny this, but then they would)?

We’ve been tipped the wink that there will be some other interesting smartphone announcements, including operator own-brand devices and low-cost smartphones. The news is embargoed, but should hit the wires on Monday.

According to Berg insight in a release today, shipments of dual-core smartphones reached 60 million units worldwide in 2011. As quad-core processors gradually find their way into high-end devices, adoption of dual-core processors will accelerate in the mid-range smartphone segment. Multi-core kills the battery like nothing else. But so what? We all have to recharge our handsets every night, so do we no longer care? Multi-core, GPS, LTE… a battery’s worst nightmare. If you don’t already recharge your phone every night, you’re going to have to soon.

But back to the enterprise and some of the most promising vertical sectors. It’s good to see a major presence from Ford Motors this year, including its Chairman and CTO. Ford have been doing great things with the ‘connected car’ in the US market and are poised to roll out enhancements to Europe this year.

Prinsip Network Neutrality Didukung US Security and Exchange Commission, walaupun FCC awalnya belum menyetujui

The US Security and Exchange Commission (SEC) yang merupakan otoritas pengendali Pasar Modal AS pada minggu ini memutuskan untuk memberika hak pada para pemegang saham Penyelenggara Telekomunikasi AS, termasuk AT&T, Verizon dan Sprint Nextel, untuk memberikan vote tentang kebijakan Network Neutrality pada jaringan-jaringan telekomunikasi di AS.

Proses ini dimulai dari usulan sekelompok pemegang saham AT&T agar perusahaan itu menerapkan prinsip Network Neutrality demi mendukung kelancaran bisnis mereka beserta masyarakat umum lainnya melalui Internet yang diselenggarakan melalui jaringan AT&T.

Kebijakan Network (Net) Neutrality adalah kebijakan akses jaringan Internet secara terbuka dan Non-discriminatory kepada semua pengguna/perusahaan demi kelancaran dan kemajuan bisnis mereka. SEC mendukung kebijakan ini karena kebijakan ini merupakan faktor yang penting bagi kemajuan perusahaan swasta yang sahamnya terdaftar di Bursa Saham New York dan lainnya, sebab tidak dapat disangkal bahwa semua perusahaan memerlukan jaringan Internet untuk kemajuan bisnis perusahaan-pereusahaan itu. SEC menerapkan kebijakan ini agar Regulator AS (FCC) mau merubah kebijakan awalnya yg belum mendukung Net Neutrlity.

Dampak dari kebijakan ini adalah akan menguntungkan perusahaan-perusahaan global yang dikenal sebagai “Over-the-Top (OTT)“, seperti Google, Yahoo, Amazon, Salesforce, IBM, Facebook, perusahaan bisnis eCommerce, Jual-beli online, dan sebagainya. Mereka akan menjadi semakin besar dan kuat dengan jangkauan bisnis global, dengan modal investasi yang relatif kecil.

Apakah kebijakan Net Neutrality ini juga akan didukung oleh Regulator Indonesia? Silahkan ditanggapi.

Bagaimana memanfaatkan 3G dan Broadband untuk Peningkatan Produktivitas dan Kemajuan Bangsa?

Layanan 3G dan Broadband sudah lama dinikmati oleh masyarakat Indonesia,  namun penggunaannya untuk hal-hal yang produktif masih sangat sedikit sekali, lebih banyak untuk hal-hal yang tidak produktif dan konsumptif, SMS, chatting, gossip, ngobrol, download musik, video, dan lain-lain. Jumlah pengguna ponsel cerdas, netbook, laptop dan PC dari hari-ke-hari makin meningkat terus, baik di kota-kota besar maupun kecil diseluruh pelosok tanah air. Kementrian KOMINFO  melalui unit pelaksana BP3TI juga telah dan sedang memperluas jangkauan layanan Internet ke seluruh kecamatan dan pedesaan dengan menggunakan dana USO (PLIK, MPLIK, NIX, dll) dengan sasaran pencapaian pada tahun 2015.

Namun pembangunan fisik jaringan Internet itu tidak diimbangi secara terprogram untuk menyediakan konten dan aplikasi yang bisa membuat sarana itu menjadi produktif dan efisien demi kemajuan bangsa dan negara.

Contoh sederhana untuk pengunaan 3G dan Broadband untuk peningkatan produktivitas nasional adalah untuk kerja jarak jauh atau dari rumah, menghemat waktu perjalanan, mengurangi biaya transportasi, serta meningkatkan jumlah jam kerja nasional yang produktif. Kalau perubahan budaya kerja ini dilakukan secara serempak di tingkat nasional, maka dapat dibayangkan berapa besarnya penghematan biaya yang dapat dihemat untuk bahan bakar, dan sekaligus untuk mengurangi kemacetan lalulintas di banyak kota besar. Bila ini terjadi, maka perkiraan kami Pemerintah tidak lagi perlu membatasi konsumsi BBM Premium yang rencananya akan dimulai pada 1 April 2012 ini, yang diperkirakan akan memicu laju inflasi di Indonesia.

Bagi para Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi, perluasan penggunaan 3G dan Broadband akan meningkatkan volume trafik data, dan bila dimbangi dengan mutu layanan yang makin meningkat, maka para pengguna/pelanggan juga akan makin puas. Salah satu syarat utama keberhasilan kerja jarak jauh/kerja dari rumah adalah mutu layanan data yang lebih baik dan andal.

Disarankan agar para Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi/Operator tidak lagi melakukan persaingan usaha melalui jor-joran banting-bantingan tarif layanan data/Internet, tetapi disarankan agar bersaing berdasarakan mutu layanan  yang lebih baik. Ini akan dapat meningkatkan ARPU, dan secara berantai meningkatkan mutu layanan data/Internet lebih baik lagi. Ini juga sebagai solusi keluhan para Penyelenggara Jaringan yang selama ini merasakan penurunun revenue, walaupun telah menginvestasikan CAPEX yang besar untuk memenuhi peningkatan trafik data yang maikin meningkat.

Artikel ini saya tulis dalam perjalanan dari Purworejo menuju ke Jakarat dengan menggunakan layanan Mobil Broadband yang bertarif Rp 100.000 unlimited untuk volume data sampai 6 GBytes selama satu bulan dari salah satu operator seluler. Sebuah bukti bahwa kerja jarak jauh atau TELEWORK bisa dengan mudah dilakukan dengan sarana 3G dan Broadband yang ada saat ini di Indonesia, bilamana kita mau dan yakin akan keberhasilannya.

Semoga usulan saya kali ini mendapat tanggapan positif dari  para Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi atau Operator Seluler maupun Broadband  di Indonesia, Institusi Pemerintahan, BUMN, Swasta maupun organisasi kemasyarakatan di bidang TIK (MASTEL, APJII, ATSI, FTII, dll).

Silahkan ditanggapi.

The Great Telecom Meltdown: Era Mencairnya Perusahaan2 Telekomunikasi

Perusahaan Fotografi Global Eastman Kodak Co., yang pernah menguasai bisnis fotografi dunia selama lebih dari seratus tahun, sejak tahun 1888, pada awal Januari 2012 ini telah mendaftarkan kepailitannya, karena bisnis ini mulai menurun sejak sepuluh tahun yang lalu dengan munculnya kamera digital dari Canon Inc., dan mesin cetak berwarna digital dari Hewlett Packard, mengganti sistem kamera berbasis film.

Perusahaan-perusahaan besar dunia berbasiskan teknologi seperti Eastman Kodak akan menghilang satu-persatu akibat perubahan dan kemajuan teknologi baru yang mengganti teknologi lama. Nasib yang sama akan dialami oleh perusahaan-perusahaan telekomunikasi global maupun lokal, satu-persatu akan menghilang dari sorotan sebagai perusahaan yang besar dan berpengaruh, karena saat ini sedang terjadi perubahan dari teknologi analog dan switsing TDM (Time Division Multiplexing) ke teknologi digital dan switsing paket (Packet Switch, Internet Protocol).

Bila kita melihat Daftar Kapitalisasi Perusahaan-perusahaan di Pasar Saham Global sekitar 20-tahun yang lalu, maka yang terlihat di urutan teratas adalah perusahaan-perusahaan telekomunikasi global seperti AT&T, British Telecom, KPN Nederland, Deutsche Telecom, France Telecom, NTT, dan beberapa lagi. Namun saat ini nama-nama mereka sudah menghilang dari urutan 100-terbesar dunia, digantikan oleh nama-nama perusahaan Non-Telekomunikasi seperti Google, Microsoft, Apple, Yahoo, Samsung, Facebook, dan sebagainya. Mengapa bisa terjadi demikian?

Ini karena perusahaan-perusahaan telekomunikasi, baik global maupun lokal sudah mencapai puncak kejayaannya, dan sedang menuruni tangga kemundurannya, dalam sikulus kehidupannya menuju ke Era Baru, Next Generation Network (NGN), dimana terjadi perubahan struktur industri dan struktur pasar bisnis telematika. Penghasilan terbesar tidak lagi dimiliki oleh penyelenggara jaringan seperti pada masa lalu, tetapi penghasilan besar itu dinikmati oleh para penyelenggara layanan-layanan nilai tambah yang memanfaatkan jaringan, seperti Google, Yahoo, BlackBerry messaging, transaksi jual-beli online oleh Amazon.com dan sejenisnya, layanan outsourcing manajemen operasional perusahaan, layanan transmisi satu arah maupun interaktif suara, text, data dan multimedia berbasiskan Protokol Internet (seperti VoIP, IM, YM, Streaming Video, IPTV, dsb).
Beban tugas penyelenggara jaringan telekomunikasi itu menjadi semakin berat, karena dituntut untuk menyediakan kapasitas jaringan yg semakin besar, mutu layanan yg semakin baik, namun hanya dengan imbalan penghasilan yg makin menurun per volume data yg ditransmisikannya. Ini membuat para penyelenggara jaringan telekomunikasi tingkat menengah seperti XL Axiata dan Indosat, serta para penyelenggara jaringan kecil untuk menyerahkan pengelolaan operasi dan pemeliharaan jaringan kepada pihak ketiga yg bukan operator, yaitu para vendor perangkat seperti Huawei, Nokia Siemens Network dan Ericsson. Para operator itu lebih memilih untuk memfokuskan pada pemasaran layanan jasa-jasa mereka, kerjasama penyediaan konten dan aplikasi-aplikasi baru dan menarik, seperti game online, download musik, game, software, ringtone, kerjasama dengan media advertising untuk iklan di ponsel, dan lain-lain, dengan pola bagi hasil dengan pihak-pihak ketiga mitra mereka. Para operator itu juga sudah bekerjasama dengan pihak ketiga dalam penyediaan platform komunikasi atau messaging seperti BlackBerry dan VoIP (Skype-Telkomsel), dan nantinya dengan Yahoo, Googlephone, dan lainnya yang akan muncul dikemudian hari.

Platform lainnya adalah penyediaan server Cloud Computing untuk berbagai layanan jasa aplikasi bisnis korporasi maupun individu, outsourcing proses-proses bisnis dan pengatahuan melalui kerjasama antara pihak ketiga dan operator.

Kita saat ini baru menjalani transisi menunju ke Era All IP NGN, namun sudah melihat arah perubahan penyelenggaraan layan Telematika menuju ke 4 lapisan penyelenggaraan NGN, yaitu:
1. Penyelenggara Fasilitas Jaringan (NFP)
2. Penyelenggara Layanan Jaringan (NSP)
3. Penyelanggara Layanan Aplikasi (ASP)
4. Penyelenggara Layanan Aplikasi Konten (CASP).

Dapat dilihat bahwa para operator sekarang lebih memilih untuk fokus kepada 2-lapisan penyelenggaraan layanan teratas, yaitu ASP dan CASP, sebab lebih murah biaya CAPEX-nya namun lebih besar pendapatannya atau tinggi Rate of Return-nya.

Inilah yang disebut sebagai mencairnya para penyelenggara telekomunikasi, khususnya penelenggaraan fasilitas dan layanan jaringan, yang tren-nya menuju ke outsourcing investasi dan SDM ke pihak ketiga yang bukan operator, melainkan para vendor perangkat dan mungkin juga para pengusaha UKM yang bertugas mengelola outsourcing tenaga-tenaga kerja yang diperlukan. Para karyawan itu bukan karyawan perusahaan Telekomunikasi, melainkan karyawan vendor dan UKM….?? Mereka bukan lagi perusahaan telekomunikasi dengan penghasilan yg besar dan kapitalisasi saham yang termasuk urutan 100-terbesar dunia lagi.

Apakah ini sebuah pilihan yang terbaik bagi operator kelas menengah kebawah? Bagaimana dengan operator terbesar, apakah akan mengikuti pola yang sama, ataukah pilihannya berbeda?

Disisi regulasi, terlihat bahwa UU No. 39/1999 yang mengatur pemberian lisensi penyelenggaraan berdasarkan atas 3-jenis penyelenggaraan, yaitu penyelenggara jaringan, penyelengaara jasa dan penyelenggara telekomunikasi khusus yang basisnya adalah struktur industri vertikal, satu jaringan memberika satu jenis jasa karena masih berbasiskan teknologi analag dan switsing TDM, belum berbasiskan teknologi digital dan switsing paket dan IP. Oleh karena itu perlu segera dilakukan perubahan UU No. 36/1999 untuk menyesuaikannya dengan kondisi saat ini yang sedang menuju ke konvergensi jaringan dan layanan yang berbasiskan switsing paket dan protokol Internet (IP). Tahap awalnya dapat dimulai dari regulasi jenis-jenis lisensi yang akan diberikan kepada para penyelenggara yang sudah berubah fungsi dan fokus layanannya.

Pada 2-lapisan penyelenggraan yang terbawah, yaitu NFP dan NSP yang membutuhkan penyediaan dan investasi infrastruktur jaringan yang mahal, maka pemainnya relatif sedikit, sehingga regulasinya perlu lebih ketat. Sedangkan pada 2-lapisan penyelenggraan yang teratas, yaitu ASP dan CASP, pemainnya dapat sangat banyak, oleh karena itu regulasinya makin ringan atau “light-touch”, dan tingkat kompetisinya sangat ketat, karena tidak perlu investasi infrastruktur, melainkan cukup memanfaatkan infrastruktur pada 2-lapisan penyelenggaraan terbawah.

Kesempatan untuk mendapatkan penghasilan besar ada di 2-lapisan penyelenggaraan teratas, karena bersifat layanan yang tidak hanya lokal, tetapi pada skala global, menjual berbagai produk2 dan jasa2 antar lokasi2 domestik maupun internasional. Namun karena tingkat kompetisinya sangat ketat, belum tentu bagi penyelenggara yang memfokuskan pada layanan di lapisan teratas ini dapat meraih pendapatan yang besar yang mereka harapkan. Perlu strategi kemitraan dengan pihak2 ketiga yang tepat, dan unggul dalam kompetisi. Mereka bukan lagi merupakan perusahaan2 telekomunikasi besar seperti dahulu, melainkan sebagai perusahaan yg menjalankan operasinya “over-the-top” diatas jaringan penyelenggara NFP dan NSP. Bisnis mereka tidak lebih adalah sebagai pemasar layanan jasa-jasa…? Jadi tepatlah ramalan akan terjadinya “The Great Telecom Meltdown” pada judul artikel ini.

Silahkan ditanggapi.

Bisnis TIK Tahun 2012 akan tumbuh pesat, tetapi siapa yg akan menikmati hasilnya?

Indonesia sungguh beruntung, di saat AS dan negara-negara Eropa mengalami krisis perekomian, Indonesia malah mengalami pertumbuhan ekonomi yang bisa mencapai angka 6,5% tahun 2012. Sejalan dengan itu, maka diramalkan bahwa bisnis ICT juga akan mengalami pertumbuhan pesat. Trafik Data diperkirakan tumbuh sebesar 40% karena makin banyaknya dipakai perangkat-perangkat ponsel canggih (smartphones), seperti iPhone, BlackBerry, Ponsel canggih berbasis Android yang fiturnya makin canggih namun harganya makin turun, seperti produk ponsel Android dari Samsung serie Galaxy, dan produk-produk ponsel Cina maupun dalam negeri.

Dengan meningkatnya trafik data, maka para penyelenggara jaringan telekomunikasi juga harus bekerjka keras menyiapkan infrastruktur yang memadai, kalua tidak mau ditinggalkan oleh para pelanggan.

Ada tendensi bahwa operator jaringan seluler kecil malah bisa memberikan layanan transmisi data yang lebih baik, karena mereka masih sedikit pelanggannya, sehingga belum terjadi kongesti saluran transmisi data. Silahkan mencoba layana Bakrie AHA, Smartfren, dan Tri… Namun perlu diakui bahwa jangkauan layanan mereka masih terbatas di kota-kota besar saja.

Masyarakat akan semakin banyak yang menggunakan layanan jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, Linked-In, dan layanan-layanan Yahoo Messaging (YM) dan Instant Messaging (IM), BBM, serta chatting online yang makin digemari masyarakat karena biayanya yang hampir gratis. Demikian juga layanan VoIP atau Skype yang gratis bila antar PC, Laptop, Netbook atau iPad atau Galaxy Tab.

Demikain juga layanan Game Online, video streaming dari Youtube dan lainnya, IPTV yang mulai muncul di Indonesia yang dirintis oleh PT TELKOM (Groovia), browsing dan download data maupun video, semua itu merupakan trafik data, bukan trafik suara.

Dengan demikian, diperkirakan trafik suara akan makin menurun pertumbuhannya per tahun, digantikan trafik data yang meningkat tajam. Selain harus menyediakan saluran data yang makin besar kapasitasnya yang memerlukan biaya Investasi yang makin besar (CAPEX), para operator jaringan itu juga harus makin menurunkan tarif layanan data mereka agar dapat berkompetisi dengan baik dan tidak ditinggalkan oleh para pelanggannya.

Ini sebuah situasi yang serba salah, mau tetap kompetitif, maka mereka harus memberikan layanan yang memuaskan dengan biaya yang makin besar, dan sebaliknya penghasilan yang diterimanya makin menurun per satuan data yang ditransmisikannya.

Lalu siapa-siapa sajakah yang menikmati pertumbuhan trafik data di Indonesia tahun 2012 ini? Mereka adalah para pelanggan yang diuntungkan dengan makin besarnya kapasitas transmisi data, dengan tarif yang makin turun. Ini memang secara nasional adalah suatu kemajuan bagi bangsa dan negara, masyarakat Telematika Indonesia menjadi makin produktif, kreatif, cerdas dan memiliki pengetahuan yang luas (karena mudahnya mencari informasi dari Google, Yahoo dan Search Engine lainnya).

Kelompok lainnya yang diuntungkan adalah para pengusaha yang jeli melihat kesempatan untuk memanfaatkan situasi bisnis baru, mereka yang kreatif dan inovatif, memberikan layanan-layanan baru yang cepat, efektif dan efisien dengan tersedianya saluran komunikasi data yang cepat dan berbiaya relatif murah. Misalnya bisnis Outsourcing Sistem TIK untuk proses-proses bisnis perusahaan atau manajemen pengetahuan (Knowledge Management), kerja jarak jauh atau Teleworking, penyediaan Cloud Computing untuk berbagai aplikasi bisnis yang menggunakan sistem-sistem TIK, dan lain-lain lagi.

Juga yang akan diuntungkan adalah para penyedia Platform Bisnis atau Komunikasi, seperti BlackBerry, Unified Communications, VoIP atau Skype yang menyediakan layanan multimedia (suara, text, data dan video) berbiaya murah atau terjangkau.

Yang lainnya yang akan diuntungkan adalah para penyedia jasa konten, seperti Game Online, eCommerce, eProcurement, eHealth, eEducation, Web Commerce, Forum Jual Beli melalui Web, dan sebagainya.

Para penyelenggara jaringan telekomunikasi yang masih menjalankan bisnisnya secara konvensional akan berperan hanya sebagai penyedia “pipa bodoh” atau “dumb pipe“, kecuali bila mereka mampu memanfaatkan situasi bisnis TIK yang baru ini, Salah satunya adalah melalui kerjasama yang saling menguntungkan dengan para penyedia layanan-layanan “over-the-top” (OTT) tersebut diatas. Bila perlu dan bila mampu, mereka dapat juga melakukan merger dan akuisisi perusahaan-perusahaan OTT itu demi untuk dapat ikut menikmati kue pertumbuhan bisnis TIK di Indonesia. Yang harus mereka jaga adalah langkah-langkah M&A itu tidah melanggar aturan monopoli bisnis atau atau penguasaan pasar yang melampau kewajaran…atau agar dapat memenangkan argumentasi melawan KPPU.

Silahkan ditanggapi.